Tanggal Rilis | : | 1 Juni 2009 |
Ukuran File | : | 0.12 MB |
Abstraksi
Memasuki bulan Mei 2009 sebagian besar komoditi di Kota Bandar Lampung mengalami penurunan harga. Rendahnya daya beli masyarakat yang berimplikasi pada menurunnya permintaan masih merupakan penyebab utama turunnya harga. Selain itu juga keberhasilan panen dan lancarnya distribusi barang mengakibatkan harga relatif stabil bahkan pada beberapa komoditi manufaktur cenderung mengalami penurunan. Sebagian komoditi seperti beras di beberapa daerah mengalami peningkatan produksi dan pasokan menyebabkan harga beras di pasar mengalami penurunan hingga minggu ke tiga bulan Mei 2009. Turunnya harga pada sebagian besar komoditi pada bulan Mei 2009 ini mengakibatkan terjadinya deflasi sebesar 0,37 persen. Inflasi di Kota Bandar Lampung ini merupakan peringkat ke 57 dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Secara keseluruhan sebanyak 40 kota mengalami inflasi dan 26 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Maumere sebesar 1,58 persen dan deflasi terbesar terjadi di Jayapura sebesar 1,31 persen.
Berdasarkan penghitungan indeks harga konsumen (IHK) inflasi terjadi karena adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,06 persen, perumahan 0,42 persen, sandang 0,01 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,41 persen serta kelompok transpor dan komunikasi sebesar 0,02 persen. Sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan jasa kesehatan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen dan 0,20 persen.
Beberapa komoditi yang memberikan andil terjadinya deflasi diantaranya adalah beras, bayam, lemari pakaian, tauge/kecambah, tomat sayur, televisi berwarna, tomat buah, telur ayam ras, ikan kembung dan nangka muda. Laju inflasi Kota Bandar Lampung tahun kalender yaitu sebesar -0,72 persen dan inflasi “year on year” (Mei 2009 terhadap Mei 2008) sebesar 8,04 persen.