Di awal tahun 2011, kelompok bahan makanan memberikan andil yang paling besar dalam pembentukan inflasi di Kota Bandar Lampung. Sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang pada bulan Desember 2010 sebagai kelompok penyumbang terbesar, Januari 2011 ini menempati peringkat kedua. Kenaikan harga berbagai komoditi di kedua kelompok ini dan sebagian di dalam kelompok lain membentuk inflasi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,83 persen.
Sebanyak enam kelompok pada bulan Desember mengalami kenaikan indeks. Kelompok yang memberikan andil yang paling dominan terjadinya inflasi adalah bahan makanan terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi seperti cabe merah, ikan tongkol, bawang merah, dan ketimun. Sedangkan pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, komoditi yang paling dominan adalah rokok kretek filter, mie, dan rokok putih. Inflasi di Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke 41 dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Sebanyak 62 kota mengalami inflasi dan 4 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Padang 3,70 persen, sedangkan deflasi terbesar terjadi di Sorong sebesar 1,07 persen.
Berdasarkan penghitungan indeks harga konsumen (IHK) inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada enam kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan 1,43 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,04 persen, perumahan 0,35 persen, sandang 1,31 persen, kesehatan 0,14 persen, serta transpor dan komunikasi 0,43 persen. Adapun kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tidak mengalami perubahan indeks.
Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil inflasi diantaranya cabe merah, rokok kretek filter, emas perhiasan, bahan bakar rumah tangga, bensin, ikan tongkol, bawang merah, semen, dan ketimun. Inflasi tahun kalender (point to point) sama dengan inflasi bulan Januari 2011 yaitu 0,83 persen, sedangkan inflasi year on year (yoy) Kota Bandar Lampung sebesar 10,32 persen.