Maret 2011, kelompok bahan makanan memberikan andil yang paling besar dalam pembentukan deflasi di Kota Bandar Lampung. Sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau yang pada bulan Februari 2011 sebagai kelompok penyumbang terbesar, Maret 2011 ini menjadi kelompok yang menahan laju deflasi. Penurunan harga berbagai komoditi di kelompok bahan makanan membentuk deflasi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,41 persen.
Hanya satu kelompok pada bulan Maret 2011 mengalami penurunan indeks yang menyebabkan deflasi yaitu kelompok bahan makanan yang lebih disebabkan karena turunnya harga-harga cabe merah, beras, cabe rawit, cumicumi, sawi hijau, dan cabe hijau. Lima kelompok lainnya mengalami kenaikan indeks yang menahan laju deflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau, kelompok kesehatan, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar, kelompok sandang, dan kelompok transpor, komunikasi, & jasa keuangan. Deflasi di Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke 39 dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Sebanyak 14 kota mengalami inflasi dan 52 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Palu 0,67 persen, sedangkan deflasi terbesar terjadi di Padang sebesar 2,59 persen.
Berdasarkan penghitungan indeks harga konsumen (IHK), deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks pada kelompok pengeluaran bahan makanan 3,39 persen. Adapun kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tidak mengalami perubahan indeks, sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau mengalami kenaikan indeks 2,39 persen, kesehatan 0,41 persen, perumahan 0,18 persen, sandang 0,11 persen, dan transpor 0,01 persen.
Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil deflasi diantaranya cabe merah, beras, cabe rawit, cumicumi, sawi hijau, batu bata, cabe hijau, tomat buah, teri, dan kangkung. Inflasi tahun kalender (point to point) Maret 2011 yaitu 1,11 persen, sedangkan inflasi year on year (yoy) Kota Bandar Lampung sebesar 10,99 persen.